Selasa, 11 September 2012

Dia menyebutnya "Abang"


Aku yang termasuk mahasiswi pendiam yang tidak begitu aktif dalam kegiatan kampus, cenderung lebih terlihat tidak peduli dengan yang namanya laki-laki. Bahkan mungkin dikampus aku lebih terkesan dengan mahasiswi “introvert”, bukan aku enggan untuk berbaur, tapi mungkin aku lebih memilih asik berada dalam lingkungan ku sendiri, berada di sekeliling teman-teman ku, yang notabennya wanita semua.
Tahun aku berjumpa dengannya, adalah tahun kedua kami kuliah. Jurusan yang sama, angkatan yang sama dan kelas yang sama. Tak terlintas sedikit pun saat itu, bahwa jalan kami akan bertemu dalam lintasan yang panjang.
Sebut saja namanya Arif, aku pun tau namanya ketika sahabatku sering berinteraksi dengannya, karena seringnya kami bertemu secara tidak sengaja pun aku mengenalnya. Aku mulai menilik untuk mencoba mengenalnya, berada dalam satu jurusan bahkan satu kelas dengannya sedikit demi sedikit aku mulai tau. Pembawaannya yang cenderung tenang tapi serius tanpa banyak gaya dan selalu tampil simple, membuatku berpaling. Tapi tidak hanya itu saja, kepandaian ia dalam berbicara saat presentasi didepan kelas, sikap kritis ia dalam kuliah, dan pergaulan dia yang membuat banyak hal yang ia tau, semua itu membuat ku berpaling dan terkesan.
Entah bagaimana tepatnya aku berkawan akrab dengannya, aku tak ingat. Aku dan dia, mulai terlibat dalam obrolan panjang. Sering juga, kami terjaga hingga larut malam, karena terlalu asyik ngobrol di telepon. Obrolan yang tidak terlalu serius, bahkan ngalor-ngidul tanpa ada tema khusus dalam obrolan kami, sesekali bahkan dia sempat melontarkan kata-kata menggoda yang mungkin terdengar aneh keluar dari mulutnya tapi bikin hati sumringah.
Dia pun sesekali datang ke kosan ku untuk mengerjakan tugas bersama, atau hanya sekedar untuk membantuku dalam memahami suatu materi yang belum aku pahami. Karena untuk urusan mata kuliah dia memang bisa diandalkan dan dengan senang hatinya dia membantuku.
Aku merasa akrab dengannya ketika berada diluar kampus, tapi entah kenapa kedekatan kami didalam lingkungan kampus tidak seakrab ketika kami berada diluar kampus, sikap dia yg berbeda seakan ada benteng yang membatasi kami berdua. Tapi semua aku sikapi dengan biasa saja (seperti sikapku semula “CUEK”), walaupun terkadang aku ingin sekali menanyakan perubahan ia itu.
Saat itu aku pun tidak berani untuk mengartikan hubungan kedekatan kami. Satu sisi aku senang bisa dekat baik dengan seorang teman cowok, karena jujur mungkin banyak teman-teman cowokku yg ingin kenal dekat denganku, tapi mereka cenderung segan karena sikap ku ini (padahal gue kan baik hati dan tidak sombong J ) sehingga terkesan aku tidak punya teman dekat laki-laki. Tapi dilain sisi aku pun tidak ingin terlihat GR dengan apa yang dia lakukan terhadapku. Dan sejauh ini kedekatan kami  hanyalah sebatas “Teman dekat”.

****

Sampai pada akhirnya semester pun berganti. Tiba waktunya kami untuk melakukan kerja magang di perusahaan. Dan kami pun terpisah dalam waktu yang cukup lama, karena kami tidak magang disatu perusahaan yang sama, tapi kami tetap berada didalam satu kota yang sama, sehingga jarak kami pun tidak terlalu jauh. Awal kami memulai magang pun bertepatan dengan tanggal ulang tahun ku, dan pada saat itu entah kebetulan atau memang sudah ketetapanNya dia lah orang pertama yang memberikan ucapan selamat padaku lewat sms di tengah malam. Pagi harinya pun ketika perjalanan ku menuju kantor dia sempat menyapaku dengan tulisan yang bisa bikin para wanita GR dan mudah disalah artikan, karena bagiku pun sapaan ia saat itu pun terbaca ‘so sweet’.
Tak terasa sudah dua bulan kami magang, dan sesuai waktu yang ditentukan hari ini adalah hari terakhir aku dan dia untuk menjalani magang. Siang itu aku kembali mendapatkan sms darinya, isi sms dia kali ini bukan lah kata-kata menggoda yang bikin hati terhanyut dengan manisnya kata-kata, isi sms dia siang itu lebih tepat ucapana kata pamit, karena siang itu dia pulang kantor lebih awal karena ingin mudik. Ya pada saat kami magang memang bertepatan dengan bulan Ramadhan. Mungkin kalimatnya terkesan biasa tapi tidak bagiku, karena untuk pertama kalinya yang biasanya dia selalu menggunakan kata “gue” saat itu dia menggantinya dengan sebutan “abang” dan dia pun memanggilku “neng”. Kata-kata itu bukannya bikin aku tersanjung dan GR, tapi justru membuat ku berfikir apa maksud dia sebenarnya, seakan membuat ku jadi berharap padanya. Seakan kalau selama ini apa yang aku rasakan tidaklah bertepuk sebelah tangan.
Seminggu terasa berlalu begitu lama, duniaku terasa sepi ketika handphone ku pun tak ada pengunjungnya, entah sejak kapan aku jadi mulai menunggu kabar darinya, seperti ada yang hilang ketika aku tak mendapatkan namanya dilayar HP ku. Dan betapa senangnya aku, malam itu pun akhrinya dia mengirimiku sms, terjadi obrolan-obrolan singkat, sekedar tanya kabar dan bercerita tentang suasana ramadhan di kampung halamannya, sampai pada akhirnya isi sms dia pun berubah menjadi obrolan yg sedikit serius, beralih tentang “Kriteria Pasangan” ternyata memang dia lebih menyukai wanita yang pandai masak. Aku yang memang tidak pandai memasak dengan santainya membalas “yaaah, berarti neng ga masuk kriteria dong, tapi neng juga lagi belajar masak ko..hehehe” dan aku lebih terkejut lagi ketika mendapatkan balasan darinya “amiiin...masa abang nunggu neng bisa masak dulu ! he... alhamdulillah si eneng belajar jd istri sholehah ^-^” belum sempat ku membalas sms nya, dia kembali mengirimku sms tapi kali ini smsnya lebih membuatku kaget menganga (lebay), “jadi maunya ditungguin ga nih? Ntar abang takut ngeliat pelabuhan yang lain! Yang terbaik memang buat yang terbaik, tapi kalu dapat yg kurang baik, berarti kita diberi amanah tuk membimbingnya jadi yang terbaik”. Ya Allah dalam sekejap aku speechless entah mau balas apa, kata-katanya begitu tertata rapih, apa saat ini dia sedang “menembak” ku? Tapi kata-katanya tidak seperti laki-laki lain yang sedang “menembak” teman wanitanya untuk jadi pacarnya yg terkesan dengan kata-kata konvensional. Aku bingung harus menulis apa, aku hanya bisa bilang kalau saat itu aku masih belum yakin untuk memutuskan apapun, “kita jalani ajah hubungan kita apa adanya, toh kalau jodoh pasti gak akan salah alamat” (sepertinya memang aku tidak pandai dalam merangkai kata-kata). Sesaat dia pun kembali membalas sms ku “maaf sebelumnya kalau membuat neng bingung! Dan memutuskan suatu hal dengan cepat. Kita jalani dengan sewajarnya.....”

****

Tahun ini adalah semester terakhir bagi kami sebelum disibukkan dengan Skripsi dan berbagai macam penelitian. Setelah kejadian sms itu hubungan kami pun kembali seperti apa adanya masih dengan label “Teman Dekat”, kalau boleh jujur label itu aku sendiri yang memberikannya, karena bagiku mungkin label itu lebih tepat dan cocok untuk menggambarkan kedekatan kami. Dan mungkin kami memang sudah nyaman dengan label itu sampai saat ini. Tapi walaupun begitu ternyata dia tetap mencoba untuk menjaga perasaan aku, sempat sekali waktu di luar kampus terlihat oleh temanku dia sedang berjalan dengan seorang wanita, temanku kira itu aku, karena wanita itu pun terlihat persis sepertiku. Tapi ternyata memang bukan saat itu pun aku sedang ada dirumah dan tidak bersamanya, sampailah dia habis-habisan ditanyain temanku tentang wanita yg jalan bersamanya waktu itu, bukannya cemburu atau apapun tapi memang dasarnya aku cuek kejadian itu terkesan biasa saja, apa salahnya dia jalan bareng wanita lain toh kami belum ada hubungan serius apapun, temanku memang suka membesar-besarkan suasana saja. Pas malam harinya dia pun meng-sms aku dan dia merasa tidak enak sama perasaan ku atas kejadian itu. Satu sisi aku senang karena ternyata dia memang masih menjaga perasaan ku dan kata-kata terakhir dia waktu itu memang serius tanpa mempermainkan hatiku. Tapi disisi lain aku pun merasa jadi tidak enak hati padanya, karena gara-gara kejadian itu dia jadi tidak bisa ikut acara seminar dikampus lain, karena takut terjadi fitnah lagi kalau-kalau ada yg liat dia jalan sama wanita lain lagi dan bikin perasaan ku jadi gak enak. Kali ini aku benar-benar tersanjung dengan apa yang dia ungkapkan ke aku, sampai segitunya dia mencoba untuk menjaga perasaan ku. J
Dan entah mengapa beberapa bulan ini aku jadi berniat ingin belajar masak. Mungkin karena termotivasi olehnya, apa lagi setiap kali kita sms-an dia selalu nanya “udah bisa masak apa nih?”, kaya merasa bersalah ketika ditanya seperti itu tapi aku nya belum bisa masak apa-apa..hehehe
Sempat sekali waktu aku membawakan kue hasil buatanku ke kampus, sebenarnya memang sengaja aku ingin membawanya, biar bisa pamer ke dia kalau aku udah bisa bikin kue. Dan pas pulang kuliah akhirnya dia bisa mencicipi kue buatan ku, senang rasanya. Pertama sic ga ada respon apa-apa dari dia, karena seperti biasa respon dia selalu datar setiap ketemu aku didalam kampus, apalagi kalau udah ada teman segenk aku, pasti dia langsung berubah jadi orang yang dingin. Tapi semua itu berubah ketika malam hari, malam nya aku kembali dapat sms darinya, akhirnya dia bilang makasih dan muji enak kue bikinan ku. (aaaa..rasanya tuc kaya terbang ke langit ke tujuh bersama ikan paus raksasa..hahaha). Arif bener-bener udah bikin lengkap cerita masa-masa kuliah aku. Aku bener-benar menikmati suasana seperti itu untuk beberapa saat.

****

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Masa-masa terakhir kuliah pun akhirnya didepan mata, aku dan dia mulai disibukkan dengan yang namanya Skripsi. Fokus kamipun beralih dalam penyiapan skripsi, ujian kompre, penelitian dan sidang. Seiring waktu intensitas hubungan kami pun perlahan memudar, dia sudah jarang menghubungi aku, walau hanya sekedar menyapa lewat sms, ataupun menelpon menanyakan kabar. Bahkan disaat aku ulang tahun pun dia kembali tidak memberikan aku ucapan selamat. Dan dia pun sudah mulai terlihat jarang berada dikampus, kedatangannya hanya beberapa kali. Bahkan teman satu kosnya pun gak ada yang tau apa yang sedang dilakukannya akhir-akhir itu. Memang terlihat oleh ku nampak dia ingin serius untuk menyelesaikan skripsinya, pergi ke berbagai perusahaan untuk melengkapi data penelitian skripsinya, atau sekedar mengikuti beberapa seminar untuk menambah pengetahuannya. Ya aku memang tidak bisa menghalangi segala aktivitas yg dia lakukan saat itu, karena emang aku tau kalau untuk urusan pendidikan bisa di bilang itu menjadi fokus utama dia dari hal-hal yg lain.
Untuk sesaat merasa kehilangan pasti ada, karena bagiku kedekatan kami sebagai “teman dekat” dua tahun kemarin itu benar-benar terkesan dan punya cerita sendiri untuk hidupku. Tapi untungnya Allah Maha Pengasih dan Penyayang, diasaat aku merasa ada yang hilang, aku masih memiliki Allah yang selalu dengan setia menemaniku, mendengarkan keluh kesahku, menerima tangisku setiap malam. Tidak hanya itu, aku masih memiliki sahabat-sahabat terbaikku, persahabatan kami memang udah tak diragukan lagi, empat tahun bersama mereka, kemana-mana bareng, jajan bareng, berangkat kuliah bareng, bahkan bolos pun kita bareng saking kompaknya, dan kalau ada ajah satu diantara kita yg gak kuliah pasti orang-orang sekitar kampus pada rame dec nanyain kemana personel yang satu lagi, karena biasanya kita memang selalu berempat kaya roda mobil. Yaa begitulah kekompakan genk kami, sampai satu kampus pun tau kekompakkan kami. Berada di sekitar mereka benar-benar bisa bikin aku lupa sesaat dengan Arif.
Sampai akhirnya saat Wisuda tiba. Dan arif berhasil naik ke panggung, karena ia berhasil mendapatkan predikat cum laude untuk IPK nya. Mungkin sebenarnya aku pun bisa satu panggung bersama nya, tapi ada salah satu nilai aku yang ga masuk kriteria dan bikin aku gak bisa naik satu panggung bareng dia. Tapi aku senang, karena apa yang udah dia kerjakan berhasil baik, dan pastinya bisa bikin bangga keluarganya yang datang saat itu. Dan untuk pertama kalinya saat itu aku bertemu dengan keluarganya, tapi sayang pertemuan ku dengan kelurganya hanya sebatas pertemuan jarak jauh, tak sengaja waktu itu aku sempat melihat dia sedang duduk bareng bersama orang tua dan keluarganya. Walau sebenernya ingin sekali memberi salam langsung ke mereka, tapi keberanianku tidak sampai sejauh itu, dan aku masih cukup tau diri untuk menjaga sikapku.
Momen hari itu bener-bener tak terlupakan, mungkin saat itu adalah kenangan terakhir aku dan dia, karena kami sempat mengambil foto berdua disamping gedung pertemuan, itu pun atas permintaan sahabat-sahabatku karena kapan lagi akan ada kesempatan seperti itu. Dan untuk pertama kalinya bagi kami bisa bersama di depan umum.
Terimakasih Ya Allah karena Engkau telah mengenalkan aku pada nya. Entah apa maksud Engkau mendekatkan kami selama beberapa tahun terakhir ini, tapi yang pasti aku bersyukur karena aku bisa mengenal dekat dia, punya teman baik seperti dia tidak membuat ku menyesal karena mengenalnya, karena dia aku pun jadi punya cerita baru di kehidupan ku, dan sampai saat ini pun hubungan aku dan dia kembali berjalan pada kehidupan masing-masing. Aku mulai melangkah untuk mewujudkan Impian ku yang sempat tertunda, sedangkan dia sudah mulai disibukkan dengan pekerjaan barunya di luar kota.

****

Bogor, 2009 – 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar