Aku yang termasuk mahasiswi
pendiam yang tidak begitu aktif dalam kegiatan kampus, cenderung lebih terlihat
tidak peduli dengan yang namanya laki-laki. Bahkan mungkin dikampus aku lebih
terkesan dengan mahasiswi “introvert”, bukan aku enggan untuk berbaur,
tapi mungkin aku lebih memilih asik berada dalam lingkungan ku sendiri, berada
di sekeliling teman-teman ku, yang notabennya wanita semua.
Tahun aku berjumpa
dengannya, adalah tahun kedua kami kuliah. Jurusan yang sama, angkatan yang
sama dan kelas yang sama. Tak terlintas sedikit pun saat itu, bahwa jalan kami
akan bertemu dalam lintasan yang panjang.
Sebut saja namanya Arif, aku
pun tau namanya ketika sahabatku sering berinteraksi dengannya, karena seringnya
kami bertemu secara tidak sengaja pun aku mengenalnya. Aku mulai menilik untuk
mencoba mengenalnya, berada dalam satu jurusan bahkan satu kelas dengannya
sedikit demi sedikit aku mulai tau. Pembawaannya yang cenderung tenang tapi
serius tanpa banyak gaya dan selalu tampil simple, membuatku berpaling. Tapi
tidak hanya itu saja, kepandaian ia dalam berbicara saat presentasi didepan
kelas, sikap kritis ia dalam kuliah, dan pergaulan dia yang membuat banyak hal
yang ia tau, semua itu membuat ku berpaling dan terkesan.
Entah bagaimana tepatnya aku
berkawan akrab dengannya, aku tak ingat. Aku dan dia, mulai terlibat dalam
obrolan panjang. Sering juga, kami terjaga hingga larut malam, karena terlalu
asyik ngobrol di telepon. Obrolan yang tidak terlalu serius, bahkan
ngalor-ngidul tanpa ada tema khusus dalam obrolan kami, sesekali bahkan dia
sempat melontarkan kata-kata menggoda yang mungkin terdengar aneh keluar dari
mulutnya tapi bikin hati sumringah.
Dia pun sesekali datang ke
kosan ku untuk mengerjakan tugas bersama, atau hanya sekedar untuk membantuku
dalam memahami suatu materi yang belum aku pahami. Karena untuk urusan mata
kuliah dia memang bisa diandalkan dan dengan senang hatinya dia membantuku.
Aku merasa akrab dengannya
ketika berada diluar kampus, tapi entah kenapa kedekatan kami didalam
lingkungan kampus tidak seakrab ketika kami berada diluar kampus, sikap dia yg
berbeda seakan ada benteng yang membatasi kami berdua. Tapi semua aku sikapi
dengan biasa saja (seperti sikapku semula “CUEK”), walaupun terkadang aku ingin
sekali menanyakan perubahan ia itu.
Saat itu aku pun tidak
berani untuk mengartikan hubungan kedekatan kami. Satu sisi aku senang bisa
dekat baik dengan seorang teman cowok, karena jujur mungkin banyak teman-teman
cowokku yg ingin kenal dekat denganku, tapi mereka cenderung segan karena sikap
ku ini (padahal gue kan baik hati dan tidak sombong J ) sehingga terkesan aku tidak punya teman dekat
laki-laki. Tapi dilain sisi aku pun tidak ingin terlihat GR dengan apa yang dia
lakukan terhadapku. Dan sejauh ini kedekatan kami hanyalah sebatas “Teman dekat”.
****
Sampai pada akhirnya
semester pun berganti. Tiba waktunya kami untuk melakukan kerja magang di
perusahaan. Dan kami pun terpisah dalam waktu yang cukup lama, karena kami
tidak magang disatu perusahaan yang sama, tapi kami tetap berada didalam satu
kota yang sama, sehingga jarak kami pun tidak terlalu jauh. Awal kami memulai
magang pun bertepatan dengan tanggal ulang tahun ku, dan pada saat itu entah
kebetulan atau memang sudah ketetapanNya dia lah orang pertama yang memberikan
ucapan selamat padaku lewat sms di tengah malam. Pagi harinya pun ketika
perjalanan ku menuju kantor dia sempat menyapaku dengan tulisan yang bisa bikin
para wanita GR dan mudah disalah artikan, karena bagiku pun sapaan ia saat itu
pun terbaca ‘so sweet’.
Tak terasa sudah dua bulan
kami magang, dan sesuai waktu yang ditentukan hari ini adalah hari terakhir aku
dan dia untuk menjalani magang. Siang itu aku kembali mendapatkan sms darinya,
isi sms dia kali ini bukan lah kata-kata menggoda yang bikin hati terhanyut
dengan manisnya kata-kata, isi sms dia siang itu lebih tepat ucapana kata
pamit, karena siang itu dia pulang kantor lebih awal karena ingin mudik. Ya
pada saat kami magang memang bertepatan dengan bulan Ramadhan. Mungkin
kalimatnya terkesan biasa tapi tidak bagiku, karena untuk pertama kalinya yang
biasanya dia selalu menggunakan kata “gue” saat itu dia menggantinya dengan
sebutan “abang” dan dia pun memanggilku “neng”. Kata-kata itu bukannya bikin
aku tersanjung dan GR, tapi justru membuat ku berfikir apa maksud dia
sebenarnya, seakan membuat ku jadi berharap padanya. Seakan kalau selama ini
apa yang aku rasakan tidaklah bertepuk sebelah tangan.
Seminggu terasa berlalu
begitu lama, duniaku terasa sepi ketika handphone ku pun tak ada pengunjungnya,
entah sejak kapan aku jadi mulai menunggu kabar darinya, seperti ada yang
hilang ketika aku tak mendapatkan namanya dilayar HP ku. Dan betapa senangnya
aku, malam itu pun akhrinya dia mengirimiku sms, terjadi obrolan-obrolan
singkat, sekedar tanya kabar dan bercerita tentang suasana ramadhan di kampung
halamannya, sampai pada akhirnya isi sms dia pun berubah menjadi obrolan yg
sedikit serius, beralih tentang “Kriteria Pasangan” ternyata memang dia lebih
menyukai wanita yang pandai masak. Aku yang memang tidak pandai memasak dengan
santainya membalas “yaaah, berarti neng ga masuk kriteria dong, tapi neng
juga lagi belajar masak ko..hehehe” dan aku lebih terkejut lagi ketika
mendapatkan balasan darinya “amiiin...masa abang nunggu neng bisa masak dulu
! he... alhamdulillah si eneng belajar jd istri sholehah ^-^” belum sempat
ku membalas sms nya, dia kembali mengirimku sms tapi kali ini smsnya lebih
membuatku kaget menganga (lebay), “jadi maunya ditungguin ga nih? Ntar abang
takut ngeliat pelabuhan yang lain! Yang terbaik memang buat yang terbaik, tapi
kalu dapat yg kurang baik, berarti kita diberi amanah tuk membimbingnya jadi
yang terbaik”. Ya Allah dalam sekejap aku speechless entah mau balas apa,
kata-katanya begitu tertata rapih, apa saat ini dia sedang “menembak” ku? Tapi
kata-katanya tidak seperti laki-laki lain yang sedang “menembak” teman
wanitanya untuk jadi pacarnya yg terkesan dengan kata-kata konvensional. Aku
bingung harus menulis apa, aku hanya bisa bilang kalau saat itu aku masih belum
yakin untuk memutuskan apapun, “kita jalani ajah hubungan kita apa adanya,
toh kalau jodoh pasti gak akan salah alamat” (sepertinya memang aku tidak
pandai dalam merangkai kata-kata). Sesaat dia pun kembali membalas sms ku “maaf
sebelumnya kalau membuat neng bingung! Dan memutuskan suatu hal dengan cepat.
Kita jalani dengan sewajarnya.....”
****
Tahun ini adalah semester
terakhir bagi kami sebelum disibukkan dengan Skripsi dan berbagai macam
penelitian. Setelah kejadian sms itu hubungan kami pun kembali seperti apa
adanya masih dengan label “Teman Dekat”, kalau boleh jujur label itu aku
sendiri yang memberikannya, karena bagiku mungkin label itu lebih tepat dan
cocok untuk menggambarkan kedekatan kami. Dan mungkin kami memang sudah nyaman
dengan label itu sampai saat ini. Tapi walaupun begitu ternyata dia tetap
mencoba untuk menjaga perasaan aku, sempat sekali waktu di luar kampus terlihat
oleh temanku dia sedang berjalan dengan seorang wanita, temanku kira itu aku,
karena wanita itu pun terlihat persis sepertiku. Tapi ternyata memang bukan
saat itu pun aku sedang ada dirumah dan tidak bersamanya, sampailah dia
habis-habisan ditanyain temanku tentang wanita yg jalan bersamanya waktu itu,
bukannya cemburu atau apapun tapi memang dasarnya aku cuek kejadian itu
terkesan biasa saja, apa salahnya dia jalan bareng wanita lain toh kami belum
ada hubungan serius apapun, temanku memang suka membesar-besarkan suasana saja.
Pas malam harinya dia pun meng-sms aku dan dia merasa tidak enak sama perasaan
ku atas kejadian itu. Satu sisi aku senang karena ternyata dia memang masih
menjaga perasaan ku dan kata-kata terakhir dia waktu itu memang serius tanpa
mempermainkan hatiku. Tapi disisi lain aku pun merasa jadi tidak enak hati
padanya, karena gara-gara kejadian itu dia jadi tidak bisa ikut acara seminar
dikampus lain, karena takut terjadi fitnah lagi kalau-kalau ada yg liat dia
jalan sama wanita lain lagi dan bikin perasaan ku jadi gak enak. Kali ini aku
benar-benar tersanjung dengan apa yang dia ungkapkan ke aku, sampai segitunya
dia mencoba untuk menjaga perasaan ku. J
Dan entah mengapa beberapa
bulan ini aku jadi berniat ingin belajar masak. Mungkin karena termotivasi
olehnya, apa lagi setiap kali kita sms-an dia selalu nanya “udah bisa masak apa
nih?”, kaya merasa bersalah ketika ditanya seperti itu tapi aku nya belum
bisa masak apa-apa..hehehe
Sempat sekali waktu aku
membawakan kue hasil buatanku ke kampus, sebenarnya memang sengaja aku ingin
membawanya, biar bisa pamer ke dia kalau aku udah bisa bikin kue. Dan pas
pulang kuliah akhirnya dia bisa mencicipi kue buatan ku, senang rasanya.
Pertama sic ga ada respon apa-apa dari dia, karena seperti biasa respon dia
selalu datar setiap ketemu aku didalam kampus, apalagi kalau udah ada teman
segenk aku, pasti dia langsung berubah jadi orang yang dingin. Tapi semua itu
berubah ketika malam hari, malam nya aku kembali dapat sms darinya, akhirnya
dia bilang makasih dan muji enak kue bikinan ku. (aaaa..rasanya tuc kaya
terbang ke langit ke tujuh bersama ikan paus raksasa..hahaha). Arif bener-bener
udah bikin lengkap cerita masa-masa kuliah aku. Aku bener-benar menikmati
suasana seperti itu untuk beberapa saat.
****
Hari berganti minggu, minggu
berganti bulan, bulan berganti tahun. Masa-masa terakhir kuliah pun akhirnya
didepan mata, aku dan dia mulai disibukkan dengan yang namanya Skripsi. Fokus
kamipun beralih dalam penyiapan skripsi, ujian kompre, penelitian dan sidang.
Seiring waktu intensitas hubungan kami pun perlahan memudar, dia sudah jarang menghubungi
aku, walau hanya sekedar menyapa lewat sms, ataupun menelpon menanyakan kabar.
Bahkan disaat aku ulang tahun pun dia kembali tidak memberikan aku ucapan
selamat. Dan dia pun sudah mulai terlihat jarang berada dikampus, kedatangannya
hanya beberapa kali. Bahkan teman satu kosnya pun gak ada yang tau apa yang
sedang dilakukannya akhir-akhir itu. Memang terlihat oleh ku nampak dia ingin
serius untuk menyelesaikan skripsinya, pergi ke berbagai perusahaan untuk
melengkapi data penelitian skripsinya, atau sekedar mengikuti beberapa seminar
untuk menambah pengetahuannya. Ya aku memang tidak bisa menghalangi segala
aktivitas yg dia lakukan saat itu, karena emang aku tau kalau untuk urusan
pendidikan bisa di bilang itu menjadi fokus utama dia dari hal-hal yg lain.
Untuk sesaat merasa
kehilangan pasti ada, karena bagiku kedekatan kami sebagai “teman dekat” dua tahun
kemarin itu benar-benar terkesan dan punya cerita sendiri untuk hidupku. Tapi
untungnya Allah Maha Pengasih dan Penyayang, diasaat aku merasa ada yang
hilang, aku masih memiliki Allah yang selalu dengan setia menemaniku,
mendengarkan keluh kesahku, menerima tangisku setiap malam. Tidak hanya itu,
aku masih memiliki sahabat-sahabat terbaikku, persahabatan kami memang udah tak
diragukan lagi, empat tahun bersama mereka, kemana-mana bareng, jajan bareng,
berangkat kuliah bareng, bahkan bolos pun kita bareng saking kompaknya, dan
kalau ada ajah satu diantara kita yg gak kuliah pasti orang-orang sekitar
kampus pada rame dec nanyain kemana personel yang satu lagi, karena biasanya kita
memang selalu berempat kaya roda mobil. Yaa begitulah kekompakan genk kami,
sampai satu kampus pun tau kekompakkan kami. Berada di sekitar mereka
benar-benar bisa bikin aku lupa sesaat dengan Arif.
Sampai akhirnya saat Wisuda
tiba. Dan arif berhasil naik ke panggung, karena ia berhasil mendapatkan
predikat cum laude untuk IPK nya. Mungkin sebenarnya aku pun bisa satu
panggung bersama nya, tapi ada salah satu nilai aku yang ga masuk kriteria dan
bikin aku gak bisa naik satu panggung bareng dia. Tapi aku senang, karena apa
yang udah dia kerjakan berhasil baik, dan pastinya bisa bikin bangga
keluarganya yang datang saat itu. Dan untuk pertama kalinya saat itu aku
bertemu dengan keluarganya, tapi sayang pertemuan ku dengan kelurganya hanya
sebatas pertemuan jarak jauh, tak sengaja waktu itu aku sempat melihat dia
sedang duduk bareng bersama orang tua dan keluarganya. Walau sebenernya ingin
sekali memberi salam langsung ke mereka, tapi keberanianku tidak sampai sejauh
itu, dan aku masih cukup tau diri untuk menjaga sikapku.
Momen hari itu bener-bener
tak terlupakan, mungkin saat itu adalah kenangan terakhir aku dan dia, karena kami
sempat mengambil foto berdua disamping gedung pertemuan, itu pun atas
permintaan sahabat-sahabatku karena kapan lagi akan ada kesempatan seperti itu.
Dan untuk pertama kalinya bagi kami bisa bersama di depan umum.
Terimakasih Ya Allah karena
Engkau telah mengenalkan aku pada nya. Entah apa maksud Engkau mendekatkan kami
selama beberapa tahun terakhir ini, tapi yang pasti aku bersyukur karena aku
bisa mengenal dekat dia, punya teman baik seperti dia tidak membuat ku menyesal
karena mengenalnya, karena dia aku pun jadi punya cerita baru di kehidupan ku,
dan sampai saat ini pun hubungan aku dan dia kembali berjalan pada kehidupan
masing-masing. Aku mulai melangkah untuk mewujudkan Impian ku yang sempat
tertunda, sedangkan dia sudah mulai disibukkan dengan pekerjaan barunya di luar
kota.
****
Bogor, 2009 –
2011