Kamis, 19 Juli 2012

Marhaban Ya Ramadhan (30 Hari Mencari Cinta -Nya)


Tak terasa esok telah menjelang bulan Ramadhan, bulan beribu bulan, bulan suci nan agung. Ya Allah, bagi hamba mu yg menginginkan syurga tak ada lagi bulan yg dirindukan dan dinantikan selain bulan Ramadhan Mu. Tentu, ya Allah, tentu aku pun mengharapkan perjumpaan lagi dengan hadiah indahMu bernama Ramadhan ini! Aku pun merindukan RamadhanMu.
Namun terkadang aku pun bertanya dalam hatiku : “adakah layak aku bertemu tamu agung dariMu ini?”. Begitu banyak janji yg kubuat kepadaMu pada Ramadhan yg lalu, begitu banyak yg ku abaikan dan kulupakan begitu dia berlalu. Karenanya layakkah aku menjumpai RamadhanMu ini?
Aku bersyukur ya Allah, kau beri aku sungai deras berair jernih bernama Ramadhan, tempat aku mandi mencuci dosa-dosaku.
Aku yakin, jauh lebih banyak dosa yang kubuat dalam setahun ini dari pada dosa yg kubasuh dengan shalat wajibku, dengan sholat tahajudku, dengan shalat dhuha ku, dengan puasa dan istighfar ku.
Maka ya Allah, segala puji bagi Mu yg mengantarkan aku sampai kepada sungai ampunan bernama Ramadhan.
Aku bergegas ya Allah, aku bergegas.
Aku berlari ya Allah, aku berlari menuju ampunanMu wahai Allah Maha pemberi Taubat. Izinkanlah aku, tolonglah aku, merebut Ramdhan terbaik kali ini.
Ramadhan yg ku isi dengan keikhlasan menyembahMu.
Ramadhan yg kutandai dengan ibadah terbaik.
Ramadhan yg kuisi dengan muamallah dan silaturrahim terbaik.
Ramadhan yg kujalani hanya karena Engkau.
Ramadhan yg Ikhlas karena Engkau.
Ya Allah jadikanlah Ramadhanku ini sebuah Ramadhan yg penuh ampunan dan keselamatan dari kehancuran. Jadikanlah Ramdhan ini Ramadhan terbaik bagiku.
Perkenankanlah ya Allah... aamiin J

MY RAMADHAN GOALS (30 Hari Mencari Cinta-Nya)

  • Menghatamkan Al-Quran, setidaknya satu kali
  • Mengkaji dan Memahami Tafsir Al-Quran
  • Membina Ruhiyah lewat Dzikir dan Istighfar
  • Memperbaiki Akhlak
  • Meningkatkan Iman dan Taqwa
  • Shalat tepat Waktu
  • Lebih khusyu dan Memahami makna bacaan sholat
  • Memperbanyak sholat Tahajud
  • Perbanyak Istighfar dan Taubat
  • STOP !! Berbohong, Ghibah dan Marah gak jelas !
  • Mengurangi nonton TV
  • Mulai mengikuti Program studi Al-Quran
  • Membaca buku dan majalah islami
  • Mendengarkan CD, Kaset, MP3, atau Radio Islami
  • Perbanyak Sedekah
  • Menambah Sholat Sunnah
  • Silaturahmi

Rabu, 18 Juli 2012

23 Tahun Lalu


23 tahun yang lalu seorang bayi putih nan jelita dilahirkan kedunia ini, kedatangannya disambut dengan penuh suka cita, seorang bayi perempuan yang amat dinanti oleh sebuah keluarga kecil. Aku di lahirkan dengan penuh perjuangan, terlebih pada saat ibu merasa mulas-mulas ayah sedang tidak ada dirumah, ayah sedang sibuk di masjid mengurusi hewan-hewan Kurban. Ya aku ini lahir bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1410H atau 13 Juli 1989M. Pada saat itu hanya ada ibu dan kakak laki-laki ku, tanpa berfikir panjang ibu pun meminta bantuan tetangga untuk memanggilkan ayah agar segera pulang. Teringat jelas dalam ingatan ibu, pada saat itu baju ayah penuh dengan darah kambing dan hewan sembelihan, bahkan noda darah ditangannya pun masih terlihat basah, mungkin karena panik ketika dipanggil ayah pun langsung pulang kerumah tanpa sempat bersih-bersih dulu. Dan pada saat kondisi itu pun ayah membawa ibu dan kakak ku ke Rumah Sakit, tapi entah apa yang terjadi akhirnya ibu pun dibawa pergi kembali, mungkin karena pada saat itu hari Raya besar jadi dokter-dokter di RS pun pada libur. Lalu pada akhirnya ibu dibawa ke bidan terdekat, tapi perjuangan ibu tidak berakhir sampai disitu, kata bidan ada sedikit masalah pada bayinya jadi tidak bisa dilahirkan secara normal, jadi mau tidak mau keinginan ibu untuk melahirkan aku secara normal pun kandas, ibu dan ayah pun mengambil keputusan untuk mengeluarkan ku secara Operasi Sesar. Dengan sedikit aroma-aroma kambing ibu pun masuk kedalam ruang operasi sedangkan ayah dan kakak ku berjaga diluar. Ayah ingin sekali menemani ibu disamping nya tapi kasian kakak ku tidak bisa ditinggal karena saat itu pun kakak baru berumur 3 tahun.

Selang beberapa jam, alhamdulillah rona kekhawatiran yang ayah tampakkan sebelumnya kini telah berubah menjadi rona bahagia, “Subhanallah, betapa cantiknya bayi perempuanku”, pada saat itu ayah pun langsung mengadzani ku.
Karena aku lahir kedunia ini tepat pada hari raya Idul Adha, nenek ku pun ikut andil dalam pemberian namaku karena aku adalah cucu ketiganya yang lahir, nenek memberi ku nama Zulfah karna tepat pada bulan Dzulhijjah.  Kata ayah zulfah itu gabungan dari dua kata Dzulhijjah dan Ulfah, Ulfah dalam bahasa arab artinya Lembut. Dan pada akhirnya terciptalah sebuah nama yang cukup panjang namun sangaaaaat bermakna dan memiliki arti yang indah. SITI ZULFAH ULHAQ NAHARANY artinya Wanita Lemah lembut yang Berkorban demi Kebenaran. Subhanallah begitu indahnya namaku.

Tapi dilahirkan di saat Idul Adha juga punya efek yang dahsyat untuk aku pribadi, entah ini ada tali merahnya atau tidak tapi aku jadi paling gak suka sama yang namanya daging kambing, setiap kali idul adha pasti aku yang merasa paling merana karena satu rumah aromanya berubah jadi kandang kambing udah gitu ibu pun masaknya serba kambing, jadilah beberapa hari selama stok daging kambing masih ada aku berubah jadi “nelor” karena apa lagi yg bisa aku makan selai telor, beruntunglah pada saat itu masih banyak ayam yg bertelur.. :p Entah kenapa aku amat anti pati sama kambing, mungkin karena aromanya yg ga enak terlebih dagingnya juga bikin eneg. Atau ini emang efek gara2 ayah yg bajunya berlumur darah dan aroama kambing pada saat ibu ingin melahirkan aku. Hmmmm...bisa jadi.. :D :p

Dilahirkan kedunia ini aku merasa sangat beruntung, aku beruntung karena memiliki kedua orang tua yang amat sangat menyayangiku, mereka adalah orangtua terhebat yang aku miliki. Memiliki satu orang kaka dan adik laki-laki membuat aku menjadi tambah istimewa dan beruntung karena aku adalah anak perempuan satu-satunya dalam keluargaku, perhatian lebih dari orangtua ku pun aku rasakan. Tapi perhatian itu bukanlah perhatian dalam memanjakan diriku, ibu dan ayah selalu adil dalam memperlakukan anak-anaknya, tidak ada yang merasa di nomor satukan ataupun diasingkan

Sekarang usia ku sudah 23 tahun, bukan lagi dibilang anak-anak, ABG ataupun remaja. 23 itu usia yang sudah cukup dewasa, dewasa dalam bertindak dan juga berpola pikir. Alhamdulillah diusiaku saat ini aku sudah dapat menyelesaikan S1 ku tepat pada waktunya bahkan aku mendapatkan gelar sarjanaku pada saat usiaku 21 tahun. Sudah 2 tahun dari masa prosesi pemindah talian toga, seharusnya aku sudah punya mata pencaharianku sendiri, sudah bukan saatnya lagi untuk aku terus-terusan membebani kedua orangtuaku. Sudah menjadi kewajibanku saat ini untuk bisa sedikit demi sedikit membalas jerit payah mereka untuk ku, walaupun aku tau apa yg sudah mereka lalukan selama ini tidak akan pernah bisa aku balas penuh.

Aku jadi teringat perkataan Bapak ku Pak Syafi’ie Antonio, dalam suatu pengajiaan bulanan dikampus pada saat sesi pertanyaan ada seorang ibu yang mengucapkan selamat milad kepada pak Syafiie. Lalu pada saat itu pa Syafiie pun berkata, Umur kita itu ada dua jenis : 
1. umur Biologis / KTP dan 2. umur Ilmu, Kontribusi, dan Karya.
Alhamdulillah pada saat itu beliau sudah meranjak usia 50 tahun (kalau tidak salah), akan tetapi beliau jauh lebih bersyukur jika umur Ilmu, Kontribusi dan Karya nya itu bisa lebih dari 50 tahun, karena bagi beliau apalah artinya umur yang bertambah tua akan tetapi jika Ilmu, kontribusi dan karya yg kita berikan tidak bertambah dan bertambah.

Saat ini umurku 23 tahun, tapi sudah berapa tahunkah umur Ilmu, kontribusi dan Karyaku???? Aku ingin selalu merasa kalau aku masih berumur 17 tahun tapi amal kebaikan ku telah lebih dari 23, 40, 50, atau bahkan 70 tahun.
Betapa bahagia dan beruntungnya jika aku bisa menjalani hidup ku jauuuuuh lebih bermanfaat, karna kita hidup didunia ini tidak abadi dan tidak ada yang lebih berharga dan kekal dari Ilmu dan amal yang kita miliki.

Karena sejatinya hidup bukanlah bilangan waktu yang berulang, melainkan hidup adalah bilangan amal kebaikan yang terus diulang. Berulangnya waktu bukanlah urusan manusia. Tetapi itu adalah urusan Allah SWT. Orang yang baik tidak peduli dengan berulangnya waktu, namun seharusnya lebih peduli dengan amalnya seiring dengan berulangnya waktu.
Orang seperti ini, berarti telah selesai dengan dirinya jika ditanya soal berapa umurnya hari ini. Karena yang mengusiknya bukan telah berapa tuanya ia saat ini, melainkan sudah berapa amal kebaikan yg ia kerjakan dengan waktu yg semakin tua selama ini.