Sabtu, 28 April 2012

" Hidup itu bagaikan Gelombang, terkadang berada di atas, terkadang berada di bawah dan pasti akan sampai pada ujung akhirnya."

Kehidupan

Aku gak pernah ngira kalau saat ini kehidupan keluarga kami akan seperti ini.
berada dalam situasi yang serba TERBATAS bagaikan ada di ujung tombak, yang perlahan-lahan siap untuk menikam kehidupan kami. tak pernah terbayangkan oleh ku kalau peristiwa seperti hari ini terjadi. dulu semua itu hanya ada dalam cerita-cerita kehidupan orang lain dan tak pernah aku harapkan untuk terjadi di dalam kehidupan NYATA keluarga ku.
Ya walaupun aku tau aku menjalani kehidupan yang terbatas ini bukan baru sehari atau dua hari tapi aku mulai merasakan kehidupan seperti ini semenjak ayah mulai sering sakit-sakitan dan ayah pun memutuskan untuk Pensiun. Pemasukan untuk kehidupan kami hanya diandalkan dari gaji pensiun seorang PNS yang tidak seberapa banyak. belum lagi banyak nya tanggungan yang kami miliki. 
Hari ini, ya tepat hari ini dari pagi hari sejak bangun tidur ibu di pusingkan dengan akan masak apa kita hari ini, persediaan beras yang begitu Limit dan tidak ada nya persediaan lauk-pauk pun membuat ibu  pagi ini uring-uringan. disaat seperti ini aku tau ibu sangat sensitif dan mudah sekali marah. Sehingga aku pun enggan untuk berkomentar apapun. Asal kau tau faktanya saat ini kita memang sedang tidak memegang uang sepeser pun bahkan untuk Seribu rupiah saja ayah mesti merogoh-rogoh kantong siapa tau ada selembar uang yang terselip. Untuk memenuhi kebutuhan seharian ini entah dari mana bisa kita peroleh, aku tidak berani memikirkan untuk meminjam kanan atau kiri. karena aku pun tak ingin menambah pundi-pundi tanggungan di kehidupan kami. Tapi tidak dengan ibu, dengan terpaksa pagi ini ibu menahan malunya untuk pergi belanja ke tukang sayur dengan ngebon, hanya demi semangkok sayur plus tahu tempe, agar kami tidak kelaparan ibu berani mengambil pilihan itu. Awal aku tidak tau kalau ternyata Makanan yang telah tersaji itu adalah hasil utang ibu ke tukang sayur, ketika sedang menikmati makanan tiba-tiba saja ayah berucap "Alhamdulillah kita masih bisa menikmati beras yg lembut dan makanan yang enak, walaupun sebenarnya masakan hari ini adalah hasil ngebon ibu di tukang sayur", Tuhan rasanya nasi yang sudah sampai kerongkongan aku ini enggan untuk turun, tersendat dan terhambat. apa yang telah terjadi hari ini, bagaikan ingin menangis mendengar pernyataan ayah tadi. Tapi tidak, aku tidak boleh menunjukan kesedihan ini di depan mereka, perlahan sesuap demi sesuap aku mencoba untuk menikmati makanan ini. Bagaimana bisa aku meminta makanan yang lebih enak dari ini kalau aku tau kenyataan apa yang terjadi saat ini. bahkan walau hanya makan dengan tahu tempe disaat lapar dan keterbatasan seperti ini pun rasanya tetap saja nikmat.
Kejadian hari ini tidak sampai disitu saja, siang tadi adik ku yang sedang kuliah dan ngekos disalah satu bilangan elite Bogor memberikan kami kabar lewat sms, "Yah uang aku tinggal 5 ribu lagi, itu hanya untuk bekal makan nanti malam. dan kebutuhan ku yang lainnya juga sudah mau abis (sabun, odol, dkk)". sontak ayah tak kuasa menahan air matanya, terlihat jelas di mataku ayah sedang menyeka air mata yg jatuh di pipinya, sambil berat ayah mengucapkan "innalillahi, ya allah gantikan lah kesulitan kami ini dengan kemudahan, gantikan kesempitan kami dengan kelapangan..anakku disana saat ini sedang butuh biaya untuk kehidupannya.." dalam hati rasanya ingin sekali menjerit, betapa bodohnya aku sebagai anak dan seorang kakak, dalam hati ku berucap "Ya Allah dengarkan dan saksikanlah jeritan hati kami ini." Tapi disaat-saat sulit seperti ini ayah tidak pernah membuat hati kami menjadi terpuruk, ayah selalu memberikan nasehat yang bijak untuk kami, "Jangan pernah berkata *tinggal* 5 ribu lagi, tapi bilang lah *masih ada* 5 ribu lagi. karena kita tidak akan pernah tau betapa baiknya rencana Allah untuk kita". 
Ayah pun pada akhirnya mencoba untuk menghubungi keponakannya, kakak sepupuku. meminta bantuan nya untuk mentransfer sedikit dana untuk adikku disana. Alhamdulillah kakak sepupuku bersedia untuk mentransferkan sedikit dananya. Satu masalah bisa teratasi hari ini, tapi tetap aku punya kewajiban untuk mengganti semua itu. Seusai sholat magrib ayah berkata "Alhamdulillah hari ini telah kita lewati, disaat keadaan *miskin* itu seharusnya kita tidak perlu mengumumkan kesulitan kita kepada orang-orang, cukup kita dan Allah saja yang tau semua itu, tapi apabila kita butuh bantuan ya kita berceritalah dengan orang yang benar-benar sudah menjadi keluarga dekat dan seyogianya bisa membantu meringankan beban kita. Tapi tetap pada saat apapun yang pertama dan paling utama yang kita ingat yaitu ALLAH,,,ALLAH dan ALLAH. karna semuanya ada pada genggaman ALLAH. Allah yang mempunyai setiap kejadian ini dan ayah harapkan apa yang sedang terjadi pada keluarga kita saat ini jangan pernah membuat kamu pesimis dan patah arang, justru kamu harus bisa mengambil pelajaran dari semua ini dan menjadikan kamu kuat. Hidup ini tidak akan indah jika berjalan mulus tanpa rintangan, jadikan semua ini sebagai proses kehidupan dan membuat kamu dewasa dalam menyikapi nya". Mematung sesaat mendengar nasehat ayah untuk ku, aku hanya bisa menganggung tanda aku mengerti apa maksud dari perkataan ayah malam ini. Sejujurnya aku paling tak kuasa ketika ayah bercerita tentang kesulitan yang selama ini kami hadapi, karena enggan untuk menampakkan langsung, ketika masuk kamar aku baru bisa menumpahkan air mata yang telah ku tahan sejak siang hari tadi.....